Hello.. gimana
kabar pembaca pada hari ini? Sebelumnya penulis ucapkan terima kasih telah
berkunjung ke blog ini. Kali ini penulis akan memberikan sebuah cerita pendek
hasil karya murid penulis sendiri loh. Cerpen ini adalah karya asli Chintya
Junita Ilham (Ichigo), seorang siswi kelas 9D yang bersekolah di SMP Immanuel
Bandar Lampung Tahun ajaran 2019/2020. Tapi sebelumnya penulis harap jika ingin
mengopy cerita pendek ini, penulis harap disertai suber serta cantumkan nama
penulisnya, hal ini untuk menghormati dan mengapresiasi buah dari pemikiran
penulis aslinya (murid penulis). Cing-songnya sudah, yuklah langsung ajadeh
simak cerpennya, dan selamat menikmati gaess.
KUCING kesayanganku
Aku punya seekor kucing kesayangan, namanya Belang. Belang
adalah kucing yang pendiam namun sangat pintar. Dia akan melakukan apa saja
yang aku suruh,misalnya ketika aku menyuruhnya untuk mengambilkan ikat rambut.
Aku memberitahukan ciri-cirinya dengan bahasa isyarat dan setelah dia paham,dia
akan mulai mencarinya dan membawakannya padaku. Bagiku, dia adalah segalanya
dan aku sangat menyayanginya.
Setiap hari aku selalu memberinya makan dan selalu bermain
bersamanya. Dia sudah seperti nafasku. Aku seperti tidak bisa hidup tanpanya.
Walaupun terkadang dia membuatku kesal,tetapi aku memaafkannya, mengelus
kepalanya dan tetap menyayanginya.
Musim ini adalah musim untuk para kucing ‘menikah’. Saat itu,
Belang juga sering kabur dari rumah untuk mencari pasangannya. Belang melakukan
hal itu setiap hari. Karena kakakku geram akan kelakuannya, dia pun melakukan
hal yang benar-benar diluar dugaanku.
Kakakku pun mengikat Belang dengan sangat kejam. Kakakku
mengikatkan tali ke leher Belang. Kakakku mengikatnya terlalu kuat hingga aku
berpikir Belang merasa tercekik. Untuk beberapa saat,aku dan kakakku pun
bertengkar. Dalam pikiranku, aku merasa sangat tidak tega tetapi setelah
kakakku meyakinkanku bahwa semuanya akan baik-baik saja, akhirnya aku pun
setuju. Harusnya saat itu aku tidak perlu mendengarkan apa kata kakakku.
Kakakku pun mulai mengikatkan tali ke leher Belang kembali
setelah aku melepaskannya karena kasihan kepada Belang. Ujung tali lainnya
diikatkan ke sebuah paku yang menonjol keluar. Lalu kakakku menaruh Belang di
atas sebuah meja yang dekat dari pagar. Dari kejauhan, aku melihat aksi itu
dengan memegang dadaku dan sedikit menutup mata. Ku lihat tali yang panjang
berada disekitar Belang, dan itu membuatku lebih sakit hati lagi. Lalu setelah
kakakku telah menyelesaikannya, ia mengajakku untuk pergi ke kamar.
Melalui jendela dari dalam kamar, aku selalu memperhatikan
Belang dengan amat kasihan. Aku menunggu hingga kakakku tertidur agar aku dapat
melepaskan ikatan tali itu. Namun sayangnya, aku pun tertidur.
Jam tidak pernah berhenti bergerak, aku dan kakakku pun dibangunkan
oleh papaku. Ternyata kakakku pun juga tertidur. Aku pun sontak bertanya kepada
papaku bagaimana keadaan Belang. Karena papaku tidak menjawab, aku pun
mempunyai firasat buruk. Aku pun lari keluar rumah untuk melihat Belang. Saat
aku melihat Belang, aku pun menangis sejadi-jadinya.
Belang telah meninggalkanku untuk selamanya. Ia tergantung di
pagar karena talinya yang tidak cukup panjang. Kejadian itu begitu menyayat
hatiku. Lalu papa dan kakakku melepaskan ikatan yang telah mengikatnya.
Sedangkan aku di kejauhan, menangis hingga aku terserang flu yang cukup parah.
Malamnya, setelah keadaanku sudah menjadi lebih baik, papaku
menyuruh aku dan kakakku memasukkan tubuh Belang yang sudah tidak bernyawa
tersebut kedalam sebuah plastik hitam dan melemparkannya ke sungai yang berada
cukup dekat dari rumah kami. Kami pun menurutinya. Dalam keluarga kami, semua
hewan yang pernah kami pelihara ketika ia mati maka akan dilemparkan ke sebuah
sungai dekat rumah. Air mata tergenang dimataku saat hendak memasukkan Belang
kedalam plastik itu. Aku melihat wajah Belang yang imut,menggemaskan nan polos
yang sudah tidak berdaya lagi.
Sepanjang perjalanan menuju ke sungai, aku mengingat
momen-momen saat aku bersama Belang. Sepanjang perjalanan itu pula, aku menahan
agar aku tidak menangis lagi.
Tangisku pun pecah saat sudah sampai di sungai dan harus
melemparkannya. Sebelum plastik itu di lemparkan, aku pun berdoa sambil
memeluknya agar dia tenang dan bahagia disana. Lalu setelah selesai berdoa, aku
pun memberikan plastik itu kepada kakakku karena aku tidak tega melemparnya.
Saat kakakku telah melemparkannya, aku sama sekali tidak bisa
menyudahi tangisanku, dan saat itu pula hujan pun turun. Aku merasa bahwa dunia
juga sedang berduka atas kepergian Belang dan aku menganggap bahwa doaku telah
dikabulkan.
Saat perjalanan kembali ke rumah, aku merasa sangat hancur.
Kemudian, ketika aku sampai di rumah, melihatku menangis dengan begitu
hebatnya, papaku pun menenangkanku. Dia menghiburku dengan candaannya berharap
aku dapat lebih tenang dan dapat mengikhlaskan Belang.
Keesokan harinya, setelah sarapan, aku pun mencari Belang untuk
memberi makan dan mengajaknya bermain seperti hari-hari yang lalu. Aku lupa
kalau Belang sudah tiada. Karena aku tidak menemukannya, aku beranggapan Belang
pasti kabur dari rumah lagi. Tapi saat kuingat hari-hari kemarin, aku pun
menangis lagi. Seharian aku berada di kamarku dan tidak nafsu untuk melakukan
aktivitas apa pun. Keluargaku mengerti perasaanku sehingga membiarkanku di
kamar.
Lalu malamnya, ketika aku sedang tidur, aku bermimpi bertemu
Belang. Aku senang dia tampak bahagia. Dalam mimpiku, aku memperhatikannya dari
kejauhan. Saat aku sedang memperhatikannya, Belang berjalan menghampiriku dan
dia berbicara dengan bahasa manusia. Dia berterima kasih karena aku dan
keluargaku telah merawatnya dari ia baru lahir hingga ia mati. Setelah itu, aku
pun memeluknya. Saat selesai memeluknya, aku pun bangun dari mimpiku.
Aku senang doaku telah dikabulkan oleh Tuhan. Aku senang aku bisa
bertemu dengannya lagi walau hanya dalam mimpi. Dan akhirnya aku pun telah
mengikhlaskannya sekarang.
-TAMAT-
Cerpen Ini
aku buat khusus untuk Belang.
Aku tidak
tahu ini akan tersampaikan kepadanya atau tidak.
Aku akan
mengatakan satu kalimat sebagai penutup cerpen ini.
“Terima
kasih karena telah hadir dan menemaniku walau hanya sebentar.”
Semoga kucing kamu tenang ya ^^
ReplyDelete여늉우눔쇼
ReplyDeleteIni cerita bohong atau nyata klo bohong bacanya aja udh sedih apa lagi nyata aku udh nangis kali😢😢😢😴
ReplyDeleteSemoga tenang yaa,dan semoga sering sering ketemu di mimpi😢🤗🙏
ReplyDelete